JURNAL REFLEKSI 2.3. COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Nov 5, 2022


Proses Coaching

Pada Jurnal Refleksi kali ini penulis akan menyusun dengan menggunakan model  yaitu Connection, Challenge, Concept, Change (4C). Model yang dikembangkan Ritchhart, Church dan

Morrison pada tahun 2011. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan meliputi :


Mulai dari diri modul 2.3. Coaching Eksplorasi konsep mandiri modul 2.3. Coaching Model refleksi 4C memiliki beberapa pertanyaan kunci yang akan memandu pembuatan refleksi. Adapun jawaban pertanyaan kunci model 4C dideskripsikan sebagai berikut:



1. Connection


Mulai dari Diri - Seberapa Jauh Saya Memahami Konsep Coaching di sekolah?


Saya mengidentifikasi pengetahuan dan pengalaman yang menggambarkan praktik coaching di dunia pendidikan. Materi ini sangat relevan dengan peran saya sebagai guru penggerak karena di aktivitas pembelajaran mulai dari diri saya belajar mengeksplorasi diri dalam merespon secara cepat kasus-kasus yang mungkin terjadi dalam keseharian saya sebagai pendidik yang menghambat terhadap tujuan pembelajaran murid. Saya belajar untuk menanggapi beberapa kasus yang ada di Learning management system (LMS). b. Eksplorasi Konsep Modul Coaching Pada kegiatan Eksplorasi Konsep, saya melalui beberapa proses kegiatan mandiri untuk mempelajari materi melalui kegiatan membaca dan menjawab pertanyaan, dan diskusi asinkron untuk menguatkan pemahaman terkait materi yang dipelajari. Adapun materi yang akan dipelajari adalah: Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan Komunikasi Yang Memberdayakan TIRTA Sebagai Model Coaching. Materi-materi tersebut sangat dibutuhkan oleh seorang guru penggerak dalam melakukan pelayan prima kepada murid dan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi murid. Eksplorasi konsep sangat bagus proses mendewasakan diri dalam menggali pengetahuan dan pengalaman terkait pengertian coaching, Coaching dalam Konteks Sekolah, dan Perbedaan antara Coaching, Konseling, dan Mentoring dalam Konteks Pendidikan. Komunikasi asertif, tehnik Mendengarkan aktif, dan Bertanya efektif serta TIRTA sebagai model coaching yang memiliki kepanjangan dari T nya adalah Tujuan; I nya adalah Identifikasi; R adalah Rencana aksi; dan TA adalah Tanggung jawab.


2. Challenge


Di aktivitas pembelajaran ini calon guru penggerak diketuk hati untuk melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid setiap akan melakukan pembelajaran dan memperhatikan social emosional untuk mengembalikan focus sehingga pembelajaran dilakukan dapat memaksimalkan karakteristik, potensi dan keunikkan murid, Selama ini pembelajaran atau praktik baik yang dilakukan baik dengan cara berkomunikasi, bertanya dan proses pendampingan belum menyentuh secara mendalam. Kebiasaan yang guru lakukan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi murid selalu langsung diberikan solusi atau dengan redaksi seperti ini "kalau bapak/ibu guru dulu jika mengalami masalah ini selalu melakukan ini dan berhasil" (memberikan solusi dengan pengalaman), tanpa menggali potensi/kemampuan apa yang dimiliki murid dan dapat dioptimalkan untuk menyelesaikan masalah yang hadapi murid itu sendiri. Guru hanya menggali optimalisasi potensi murid.


3. Concept


Kebanyakan proses pembelajaran dilakukan guru masih berpusat kepada guru dan cara jitu dalam mengajar jitu hanya berdasarkan pengalaman. Padahal sangat penting bagi seorang guru melakukan pembelajaran yang didasarkan pada kebutuhan belajar murid baik dari minat belajar, kesiapan belajar atau profil belajar murid. selain itu banyak pengetahuan baru dari aktivitas belajar modul pembelajaran social emosional ketika kita menghadapi bertumpuknya tanggung jawab yang menimbulkan stress dan emosi. Di aktivitas ini diajarkan bagaimana mengenal, mengelola, mengendalikan emosi, menumbuhkan rasa empati kepada siapapun khususnya murid, berdaya lenting dan menentukan pilihan/keputusan yang bertanggung jawab. Faidahnya kita bisa mengembalikan focus dan menyelesaikan pekerjaan sesuai target yang diharapkan. Di aktivitas pembelajaran minggu ke-14 diajarkan konsep yang sangat penting bagi guru untuk memainkan perannya secara maksimal seperti komunikasi asertif. Komunikasi yang didasarkan atas kemampuan individu untuk mendengarkan sudut pandang orang dan merespon dengan dengan penuh kejujuran dan rasa hormat serta menghargai. Selain itu saya belajar menjadi penanya efektif dan pendengar aktif yang akan membantu menciptakan proses coaching berjalan sesuai tujuan dan harapan. Coaching sebagai dasar untuk menggali dan mendorong potensi yang dimiiki coachee  untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.


4. Change Perubahan yang dilakukan oleh saya mulai belajar untuk menyusun rencana pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran social emosional dan pembelajaran berdiferensiasi dan mengaplikasikannya di kelas. Selain itu, akan menggerakkan teman sejawat untuk mengintegrasikan

pembelajaran berdiferensiasi serta kompetensi sosial emosional dalam praktik baik di kelas. Saya akan Mengubah cara berkomunikasi saya dengan komunikasi asertif. Selalu melakukan coaching terhadap penyelesaian masalah yang dihadapi murid dengan menjadi penanya efektif dan pendengar aktif.


SALAM GURU PENGGERAK


AAN PUJIYONO TIMORENTI, S.Pd

CGP ANGKATAN 5

KABUPATEN NGAWI


0 komentar:

Post a Comment